Situs Purbakala Dikuasai Restoran Siap Saji

Sebuah situs purbakala ditemukan di halaman belakang restoran siap saji, Mc Donald, Kota Malang. Situs Ketawang Gede atau oleh warga sekitar Kelurahan Ketawang Gede Kecamatan Lowokwaru disebut juga dengan nama situs Watu Gong.

 
Situs itu sendiri sudah terdata sejak 1907 oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. Ironisnya, sampai sekarang malah belum terdata atau diregister oleh pemerintah sendiri. Situs ini dikuasai sepenuhnya oleh pengelola restoran tersebut sejak 2011 selaku pemilik lahan.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang, Ida Ayu Wahyuni, mengaku belum mengetahui ada sebuah situs purbakala yang berada di restoran siap saji di Kelurahan Ketawang Gede.
“Saya belum tahu lokasinya, biar besok saya lihat candi peninggalan purbakala itu,” kata Ida singkat, Rabu (10/10).
Arkeolog dari Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono, mengaku mencari keberadaan situs Ketawang Gede sejak lama dan baru mengetahui lokasinya beberapa bulan lalu. “Saya memang sudah mendengar ada sebuah situs purbakala di Ketawang Gede. Tapi tahu lokasi persisnya ya beberapa bulan lalu, Pemkot Malang juga mengaku tidak tahu,” urai Dwi saat melihat situs tersebut.
Ia sendiri mengetahui adanya situs tersebut dalam data Repporten Oudhkundige Commissie atau komisi purbakala yang didirikan jaman kolonial pada 1907. Selanjutnya, laporan itu didokumentasikan dalam sebuah buku dan didata ulang oleh oude kondiger versellag masih pada masa kolonial Hindia Belanda pada 1927. 
Ironisnya, sampai sekarang situs Ketawang Gede itu juga belum didata oleh Pemkot Malang atau juga oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Jawa Timur. “Kalau sudah didata pasti ada nomor registrasinya. Buktinya, kita lihat juga belum ada nomor registrasi,” ucap Dwi.
Situs Ketawang Gede seluas empat meter kali empat meter berada di belakang restoran siap saji. Seluruh sisi bangunan berdiri dinding setinggi dua meter lengkap dengan atap bangunan.
Di dalam situs itu ditemukan tiga yoni, balok batu, atap miniature candi, belasan watu gong yang berfungsi sebagai landasan tiang bangunan. Seluruhnya terbuat dari batu andesit dengan berbagai bentuk dan ukuran. Sementara benda di situs itu yang kini sudah hilang yakni tiga lingga, arca ganesha dan nandi. “Ada benda yang dipindah di museum, ada juga yang hilang tak tahu kemana,” ucap Dwi.
Situs ini sendiri diperkirakan sudah ada sejak tradisi Megalitikum berupa rumah panggung. Selanjutnya, pada masa Hindu sekte Siwa berubah menjadi bangunan suci berupa candi pemujaan. “Situs ini lintas masa, mulai pra sejarah hingga masa kerajaan Kanjuruhan pada abad delapan masehi,” kata Dwi.
Sebelum dibangun restoran siap saji, terlebih dahulu menjadi milik individu sebelum rumah dibeli oleh pengeloa restoran siap saji. Menurut Dwi, di bawah bangunan lokasi siap saji itu masih tersimpan pondasi candi.
“Situs yang tampak itu saya perkirakan hanya bagian atas saja. Di bawahnya saya duga masih ada pondasi candi yang lebih luas lagi,” tutur Dwi.
Dibutuhkan upaya konservasi untuk segera dilakukan eskavasi menggali dasar candi untuk menemukan situs purbakala lain. Hanya saja, keinginan untuk menggali lebih dalam di bawah situs bakal berbenturan dengan kepemilikan lahan yang dikuasai oleh restoran siap saji.
“Tinggal bagaimana upaya pemerintah untuk mengkomunikasikan hal ini dengan pengelola restoran itu,” beber Dwi.
Di Kota Malang sendiri, menurut Dwi ada sekitar 10 situs purbakala. Diperkirakan, ada sekitar dua candi yang lokasinya juga menjadi milik swasta dan belum didata oleh pemerintah.
Kedatangan Dwi Cahyono bersama rejumlah awak media di situs Ketawang Gede itu sendiri sempat diwarnai ketegangan dengan pihak manajemen Mc Donald’s. Pihak manajemen menegur rombongan karena tidak mengantongi izin.

Komentar

Posting Komentar