Kejar Adipura, Jalan Raya Dipersempit

Kebijakan aneh, begitu kritikan pakar tata kota saat mengetahui rencana Pemerintah Kota Malang membangun taman median jalan. Mempercantik wajah kota maksudnya, dan berujung pada penghargaan Adipura. Tapi, keinginan mempermak wajah yang mungkin sudah bopeng, tidak disertai dengan konsep dan perencanaan tata kota yang baik.





Pemkot Malang mengorbankan sebagian jalan raya untuk menyambut rencana kedatangan tim penilai Adipura. Hal itu seiring dengan pembangunan taman di tengah median jalan yang harus mempersempit badan jalan.
Pembangunan taman median jalan itu di sepanjang Jalan Jaksa Agung Suprapto dan Jalan Basuki Rahmat Kota Malang. Median jalan yang ada saat ini selebar 50 sentimeter dan akan diperlebar menjadi 80 sentimeter karena pada sisi kiri - kanan ditambah 15 sentimeter.
Dengan demikian, jalan raya di setiap sisi kiri dan kanan juga harus dikurangi 15 sentimeter untuk memuluskan rencana itu. Nantinya, di median tersebut akan ditanamni tanaman yang bisa menyerap polusi seperti ararea, sambang darah, korombusa mini, dan bogenvil.
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Malang, Wasto, mengatakan, pembangunan taman kecil itu tidak sampai menabrak garis marka jalan. “Tidak sampai menabrak marka jalan, jadi tidak sampai ada kemacetan. Yang kami pakai itu marka eksisting. Saya yakin tidak berdampak pada kemacetan,” ujar Wasto.
Di Jalan Jaksa Agung Suprapto, misalnya, median jalan yang dibenahi sepanjang 1,7 kilometer. Untuk lajur sisi barat jalan ini yang lebarnya mungkin sekitar lebih dari 4 meter, harus dikurangi 15 sentimeter untuk menambahi median jalan.  Sementara di Jalan Basuki Rahmat panjang median jalan yang direnonasi adalah sepanjang 657 meter.  
Median jalan ini sendiri nantinya dipercantik dengan berbagai jenis tanaman bunga. Total anggarannya sebesar Rp 700 juta dari PAK APBD 2012. Pembangunan taman median jalan ini diharapkan selesai akhir Oktober. Karena, awal Nopember ada tim penilai Adipura yang berkunjung ke Kota Malang. “Jadi saat tim penilai itu datang, di tengah jalan di Kota Malang ini terlihat teduh. Karena beberapa penilaian tim juri itu adalah keberadaan  ruang terbuka hijau dan aspek keteduhan,” papar Wasto.
Pembangunan taman median jalan ini dikritik oleh sejumlah pihak. Pasalnya, pembangunan itu dianggap tidak memiliki perencanaan yang matang dan bukan sebuah solusi bagi kekurangan ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Malang.
Pakar tata kota dari Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Budi Fatoni, mengatakan, pembangunan taman median jalan itu sebagai proyek mubazir. “Kalau hanya karena mengejar Adipura dan bukan hasil sebuah studi, itu mubazir,” ujar Budi.
Menurut Dosen Arsitektur Kota ITN Malang ini, secara desain taman median jalan itu berada di tengah. Hal itu justru mengurangi fisik jalan dan berpotensi menambah kemacetan. Apalagi volume kendaraan di Kota Malang terus bertambah dan semakin padat.
“Taman median itu saya yakin tidak memiliki dampak signifikan bagi lingkungan Kota Malang,” tegas Budi.
Ia juga mempertanyakan konsep penghijauan di Kota Malang. Dulu, ada RTH di kawasan Stadion Gajayana. Namun oleh pemkot diubah peruntukkannya menjadi kompleks pertokoan.
Karena itu, sangat mengherankan dengan rencana pemkot membangun taman median jalan yang difungsikan sebagai ruang teduh sekaligus demi mengejar Adipura. “Kenapa yang besar dihilangkan dan justru diganti yang kecil. Data yang pernah dirilis Wahana Lingkungan Hidup, jumlah  RTH di Kota Malang saat ini hanya sekitar 2,8 persen,” urai Budi.
Menurutnya, pemkot tidak pernah memiliki studi yang benar dengan perencanaan jangka panjang. Jika memang mau menambah RTH, lebih ideal di kiri kanan jalan ditanami pohon. “Lebih baik menanam pohon di kiri dan kanan jalan, keteduhan akan lebih terasa daripada membuat taman di tengah jalan,” pungkas Budi.

Komentar