Menyulap Sampah Plastik Menjadi ‘Emas’

Sampah plastik dikenal sulit untuk diurai, karena itu minim dimanfaatkan masyarakat. Namun di tangan Yunus, sampah plastik diolahnya menjadi ‘emas’, yakni kerajinan berkualitas ekspor.

Siang itu, Muhammad Yunus terlihat asyik mencuci sampah plastik di halaman rumahnya. Sampah dari sachet minuman serbuk kemasan plastik itu sebelumnya terlebih dahulu direndamnya beberapa lama di sebuah bak.
Di sudut yang lain, di rumah Yunus masih banyak sampah plastik tertumpuk. Ada juga yang sudah bersih, malah sudah rapih terajut dengan benang memanjang. Diantara tumpukan sampah plastik itu, terdapat sebuah mesin jahit.
Sekilas rumah beralamat di Jalan Letjend Sutoyo Gang III no 61 B Kota Malang itu, lebih mirip tempat pengepul sampah. Yunus memang menerima sampah plastik pemberian tetangganya, atau juga menerima kiriman sampah kemasan dari para pemulung. “Sampah plastik ini saya buat menjadi kerajinan, bentuknya mulai dari tas, payung, sandal dan apa saja sesuai keinginan,” kata Yunus membuka percakapan.
Plastik sisa kemasan sachet minuman serbuk sampai deterjen pakaian bagi sebagian besar orang dianggap sampah tidak berguna. Namun di tangan Yunus, sampah itu bisa disulap menjadi kerajinan tangan bernilai ekonomis.
Menurut Yunus, sudah ada lebih dari 40 jenis produk kerajinan yang dibuatnya dengan memanfaatkan sampah plastik ini. Mulai dari tas travel, sandal, tas kamera, payung, tumbu (tempat menyimpan peralatan), dompet, tas laptop, keranjang sampah dan lainnya. Berbagai produk kerajinan itu sudah dibuatnya sejak 2003 silam.
“Saya membuatnya dibantu istri dan anak-anak saya. Lumayanlah hasil dari kerajinan ini,” tutur Yunus yang mengaku tidak pernah mendapat bantuan permodalan ini. Dia mendapat keterampilan itu setelah mengikuti pelatihan pengelolaan sampah plastik yang diselenggarakan sebuah LSM internasional yang pedulidi bidang lingkungan di Jakarta pada 1993.
Dengan modal membeli sampah plastik sebesar Rp 2 ribu per Kg, sebuah produk bisa dijual seharga Rp 25 ribu – Rp 150 ribu. Sebuah produk bisa membutuhkan 1.200 sampah plastik dari kemasan minuman serbuk dengan waktu pembuatan dua hari. Dalam dua bulan, total sebanyak dua kuintal sampah plastik digunakan Yunus untuk membuat berbagai kerajinan itu.
“Lumayan lah hasilnya, tapi yang terpenting saya juga bisa membantu mengurangi penumpukan sampah plastik di Kota Malang,” papar Yunus.

Berbagai produk kerajinan karya Yunus ini dikirim ke Bali. Bahkan, dia juga secara rutin dua bulan sekali mengirim produknya ke Jepang, Australia dan Afrika Selatan.
Untuk Jepang, sebanyak 500 produk jenis tas kamera dikirim melalui jasa perantara. Jumlah yang sama untuk jenis tempat sampah berbahan sisa kemasan deterjen dikirim ke Australia. Sementara Afrika Selatan lebih menyukai jenis tas untuk menyimpan perkakas.
Setiap produk yang dikirim keluar negeri itu, baik ke Jepang, Australia dan Afrika Selatan dipatok seharga Rp 30 ribu. Maka setidaknya setiap dua bulan sekali omzet Yunus bisa mencapai Rp 45 juta. Padahal modal awalnya tidak begitu banyak.
“Kalau pendapatan bersih saya tidak seberapa. Tapi bukan itu yang utama, hal terpenting, saya ikut membantu mengurangi sampah plastik di Kota Malang,” kata Yunus. Bagi para aktivis pecinta lingkungan, limbah sampah plastik memang menjadi salah isu mereka. Bila dibuang secara sembarangan dan tertimbun di tanah misalnya, sampah plastik baru bisa terurai setelah 20 tahun. “Sampah itu paling susah terurai, juga salah satu penyebab utama seringnya banjir karena banyak menyumbat saluran air,” tandas Yunus.
Dia juga memprihatinkan minimnya perilaku masyarakat untuk memilah sampah kering dan sampah basah. Di Kota Malang misalnya, meski sudah ada program Bank Sampah yang digagas Pemkot Malang, masih saja sulit didapatkan sampah plastik yang sudah disisihkan oleh warga.
“Kesadaran masyarakat kita masih minim, dan lebih memilih membuang sampah secara sembarangan,” ujar Yunus yang dulu sering naik turun gunung ini. Dia kini juga sering membagi ilmu keterampilan yang dimilikinya untuk ibu-ibu PKK kelurahan. “Biar mereka juga bisa merubah sampah menjadi sesuatu yang bernilai dan ikut mengurangi volume sampah,” pungkas Yunus.

Komentar

Posting Komentar