Penghuni Lapas Buat Tasbih Raksasa

Berada dibalik jeruji besi, bukan halangan bagi Purwiantoro (52) penghuni LP Kelas I Lowokwaru Malang untuk berkarya. Pria yang sebelumnya berprofesi sebagai seorang guru ini membuat tasbih berukuran raksasa dan mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indoensia (MURI).
Tasbih raksasa buatan Purwiantoro diklaim terpanjang dan terberat di dunia dengan bobot mencapai 4,1 ton dengan biji tasbih sejumlah 102 biji dengan setiap biji berdiameter 30-40 cm. Setiap biji tasbih itu sendiri diberi warna-warni yang mencolok.


“Butuh waktu dua bulan proses pengerjaannya dengan dibantu oleh lima rekan,” ujar Purwiantoro.
Bahan biji tasbih berbentuk bulat itu terbuat dari semen, sisa limbah keset, 8 kg kalsium, dan 8 kg lem yang dicampur menjadi satu. Bahan tersebut kemudian dibentuk menjadi biji tasbih yang kemudian dikaitkan ke tali menjadi sebuah tasbih raksasa.
Ide membuat tasbih terpanjang dan terberat itu berawal dari lecutan dalam diri Purwiantoro sendiri. Yakni saat masih berada di luar Lapas menyukai hal yang berbau prestasi. Kalau diluar Lapas bisa berpestasi, mengapa di dalam juga tidak bisa. Inilah yang membuat Purwiantoro kemudian terlecut untuk berkarya.
“Saya ingin sekali berprestasi salah satunya dengan membuat tasbih terpanjang itu. Selain itu agar saya tak lama jadi penghuni lapas ini,” tuturnya sembari tersenyum. Untuk berbagai bahan itu sendiri didapatkan dari LP Lowokwaru, dengan kata lain gratis tanpa biaya sepeser pun.
Tasbih terpanjang dan terberat itu ditaruh tepat di depan Masjid Al Taubah Lapas Lowokwaru Kelas 1 Malang. Karya Purwiantoro ini mendapat pengakuan dari MURI dengan menciptakan rekor MURI pada November 2010 lalu sebagai tasbih terpanjang dan terberat.
Selain membuat tasbih, Purwiantoro juga membuat bola karet raksasa. Yaitu sebuah bola berbobot 127 kilogram berdiameter 67 cm yang menggunakan 279.400 biji karet gelang. Karet gelang itu sendiri hasil dari mengumpulkan karet nasi bungkus.
“Karena di Lapas ini banyak karet, saya kumpulkan jadi bola karet terbesar itu. Ide itu muncul setelah saya melihat banyak rekan penghuni Lapas yang membuat bola dari karet tapi berukuran kecil,” tandas Purwiantoro.
Pria yang sebelumnya menjadi guru di SDN Pujon Kulon 2 Kabupaten Malang ini menghuni LP Lowokwaru sejak 2006 silam. Dia terkena kasus pembunuhan istrinya sendiri dan mendapat vonis 15 tahun.

Komentar