Intervensi Manusia Berupa Hujan Buatan

Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau biasa disebut hujan buatan. Adalah bentuk upaya intervensi manusia untuk memodifikasi cuaca dengan tujuan mengkondisikan cuaca agar sesuai dengan apa yang diinginkan.


Hal itu bertujuan untuk meningkatkan intensitas curah hujan atau mempercepat proses hujan di suatu tempat. TMC dilakukan dengan meniru proses yang terjadi di dalam awan. Sejumlah partikel higroskopik yang dibawa dengan pesawat sengaja ditambahkan langsung ke dalam awan jenis Cumullus (awan hujan) agar proses pengumpulan butiran tetes air di dalam awan segera dimulai.
Hujan buatan seperti ini pula yang dilakukan oleh Perum Jasa Tirta I pada akhir Oktober ini karena musim hujan yang tak kunjung datang. Seharusnya, berdasarkan prakiraan cuaca sejak awal bulan ini hujan sudah mulai turun.
Hujan buatan yang dilakukan kali ini sebagai antisipasi. Karena, air di waduk Sutami, Malang, mengalami penyusutan secara signifikan akibat musim kemarau. Sejak September lalu hingga kini, debit air yang masuk ke waduk Sutami defisit 7.36 juta meter.
Kepala Biro Usaha Manajemen dan Teknologi Perum Jasa Tirta I, Alfan Rianto, mengatakan, hujan buatan sebagai antisipasi agar volume debit air yang masuk ke waduk Sutami tidak terus defisit. “Baik tingkat elevasi sampai debit air yang masuk ke waduk memang terus menyusut,” ujar Alfan.
Berdasarkan data Perum Jasa Tirta I, untuk tingkat elevasi waduk Sutami pada 21 Oktober tercatat 262.17 meter, padahal pola operasinya 263.45 meter. Artinya, terjadi defisit elevasi mencapai 1.28 meter.
Sementara itu untuk inflow atau debit air yang masuk ke dalam waduk Sutami mengalami defisit sebesar 22.98 %.  Inflow yang masuk ke waduk Sutami pada 21 Oktober tercatat 40.96 m3/detik sedangkan pola operasi sebesar 53.18 m3/detik. Secara keseluruhan, volume defisit air di waduk Sutami sebanyak 7.36 juta meter. Kondisi itu sudah terjadi sejak September kemarin.
Karena itu, Perum Jasa Tirta I selaku pengelola waduk Sutami bekerjasama dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Hujan Buatan, Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT), mengantisipasi dengan melakukan operasi TMC atau biasa disebut hujan buatan.
“Pelepasannya partikel bisa dilakukan di bawah dasar atau bisa langsung ke dalam awan,” ucap Alfan. Dengan berlangsungnya pembesaran tetes secara lebih awal, maka hujan juga turun lebih cepat, dan proses yang terjadi lebih efektif sehingga intensitas hujan bertambah.
Pelaksanaan TMC ini direncanakan berlangsung selama 20 – 36 hari dan dimulai 23 Oktober kemarin. Total anggaran yang disiapkan sebesar Rp 3 miliar. Pelaksanaan tahap I berlangsung selama 20 hari dan terus dievaluasi. Posko TMC di Lanud Abdurrahman Saleh, Malang.
ilustrasi proses TMC

Bahan semai yang digunakan adalah garam (NaCl) atau lebih mirip bedak garam. Untuk setiap kali penerbangan yang menggunakan satu unit pesawat jenis Cassa 212-200 versi rain making ini, akan ada sekitar 800 Kg hingga 1.000 Kg bedak garam yang disebar. Juga ada satu unit mobile radar milik BPPT untuk pengamatan. Pengamatan cuaca dan kondisi awan berada di pos pengamatan meteorologi di sekitar waduk Sutami dan di Poncokusumo.
“Kami akan lakukan evalusi pada 20 hari pertama bagaimana hasilnya. Dengan begitu, kami bisa mengambil langkah, apakah dilanjutkan atau distop karena dirasa sudah cukup untuk menambah volume air di waduk Sutami,” pungkas Alfan.



Komentar

Posting Komentar