Segar
dengan rasa asam dan manis yang berimbang, jeruk keprok 55 adalah salah satu
komoditas pertanian unggulan dari kota wisata Batu. Jeruk lokal ini bahkan tak
kalah dengan buah sejenis produk impor.
![]() |
Wisatawan asal Jepang menikmati jeruk 55 di kawasan Agrowisata, Kota Batu |
Bila
dibandingkan dengan jeruk impor yang cenderung manis tapi kurang terasa
segarnya, sudah seharusnya jeruk keprok 55 menjadi tuan rumah di negeri
sendiri. “Jeruk impor itu hanya manis rasanya, tapi kurang segar. Menurut
konsumen kami, jeruk lokal jauh lebih bagus dibanding produk impor,” kata
Suwaji, koordinator kelompok tani (Poktan) Karya Tani Desa Punten.
Harga
jeruk ini di pasaran pada Februari – April sempat menembus Rp 12 ribu per
Kilogram. Jeruk keprok 55 produk pertanian Kota Batu dikirim ke berbagai daerah
di Jawa Timur. Selain itu juga merambah pasar Jakarta dan Kalimantan. Menurut Suwaji, jeruk lokal masih bisa
dikembangkan lagi. Hanya saja, pemerintah harus turut berpartisipasi untuk
mengembangkan pertanian ini. “Para petani butuh pembinaan lagi, bantuan bibit
serta bantuan pupuk. Kalau bisa juga ada perluasan lahan yang disediakan bagi
petani,” ucap Suwaji.
Untuk
pupuk misalnya, ketersediaan pupuk kandang kurang mencukupi. Pupuk pabrikan
dinilai kurang bagus untuk tanaman. Jika memakai pupuk kandang, umum pohon bisa
lebih lama lagi. Jumlah petani jeruk 55 yang menjadi anggota Poktan Karya Tani
sebanyak 30 petani. Total luas lahan seluruhnya lebih dari 2 hektar.
Di
Kota Batu, produktivitas jeruk keprok 55 cukup tinggi, bahkan dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan. Dari tahun ke tahun produktivitasnya semakin naik.
Data dari Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut) Kota Batu, pada 2008 jumlah
tanamannya sebanyak 182.890 pohon. Dari jumlah itu, tanaman yang produktif
sebanyak 140.113 pohon. Produktivitasnya secara keseluruhan mencapai 67.408
kuintal atau per pohon menghasilkan 48 Kg.
Data
itu naik pada 2012 dengan jumlah pohon seluruhnya menjadi 358.418 pohon.
Tanaman yang produktif sebanyak 324.418 pohon dengan produktivitasnya mencapai
149.035 kuintal atau satu pohon mampu menghasilkan 45,94 Kg.
Kepala
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balijestro) di Desa Tlekung
Kecamatan Junrejo, Muchdar Soedarjo, mengatakan, jeruk keprok 55 layak untuk
dikembangkan karena secara kualitas mampu bersaing dengan buah impor. “Kami
pernah kedatangan tamu dari Australia, mereka memuji rasa jeruk kita,” tutur
Muchdar.
Balitjestro
memiliki teknologi dan inovasi untuk merangsang pembungaan, sehingga selama
enam bulan bisa terus panen. Secara normal, tanaman jeruk kali pertama ditana,
harus menunggu 3,5 tahun untuk bisa menghasilkan 75 kg jeruk. Bahkan satu pohon
yang berusia 10 tahun mampu menghasilkan dua kuintal jeruk.
“Kami
siap membantu mengembangkan pertanian jeruk ini di Kota Batu, bekerjasama
dengan pemkot Batu,” pungkas Muchdar.
suka banget jeruk keprok
BalasHapusmarkaindo