Suhu Udara Kota Batu Semakin Panas

Suhu udara di Kota Batu dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Bila pada 2009 suhu udara masih sekitar 21’C, akhir 2011 kemarin sudah menjadi 23’C.
Selain faktor perubahan iklim atau juga kerap disebut ada pemanasan global (global warming), kerusakan lingkungan di wilayah Kota Batu ditengarai mempercepat perubahan suhu udara tersebut.

Data di Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Karangploso menyebutkan, pada Desember 2009 suhu udara di Kota Batu mencapai 21,9’C. Suhu udara kembali naik pada Desember 2010 menjadi 22,6’C dan mencapai 23,8’C pada Desember 2011.
Staf Analisa dan Observasi BMKG Karangploso, Rahmatullah Aji mengatakan, untuk mengetahui penyebab utama perubahan itu harus dilakukan kajian secara mendalam.
“Memang secara umum ada perubahan iklim di berbagai belahan dunia. Tapi secara teori, kerusakan lingkungan turut berpengaruh mempercepat perubahan itu,” ujar Aji, kemarin.
Ia menambahkan, rusaknya hutan atau peralihfungsian hutan produktif menjadi lahan perkebunan juga turut andil atas perubahan udara tersebut. Diakuinya, tidak hanya di wilayah Kota Batu ada perubahan suhu udara.
Di berbagai daerah dipastikan juga terjadi perubahan tersebut sebagai dampak pemanasan global. Meskidemikian, sambung Aji, pemerintah bisa meminimalisir potensi perubahan tersebut. Atau setidaknya mensiasati agar pemanasan global tidak berdampak terlalu jauh bagi sebuah daerah.
“Pemerintah daerah juga bisa mensiasati agar tidak terjadi perubahan iklim secara ekstrim di wilayahnya. Misalnya, dengan memperbanyak ruang terbuka hijau dan tetap menjaga kelestarian lingkungan di daerahnya,” papar Aji.
Data yang pernah didapatkan Surabaya Post tentang kondisi hutan di Kota Batu menyebutkan hutan di Kota Batu seluas 11.227 hektare (ha). Dari luasan hutan itu, tingkat kerusakannya lebih dari separuh atau mencapai 5.900 ha. Kerusakan tersebut disebabkan kegiatan penjarahan hutan dan peralihfungsian hutan menjadi lahan pertanian.
Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Batu, Mukhlis mengakui jika perubahan udara di kota ini cukup signifikan. Meskidemikian, ia tidak berani menyebut penyebab utama perubahan itu.
“Pemanasan global saat memang ini cukup berpengaruh. Tapi kalau ditanya apa penyebab utama semakin panasnya udara di Kota Batu, harus ada kajian lebih dalam lagi,” paparnya.
Disinggung mengenai tingginya pembangunan di Kota Batu yang turut member andil, Mukhlis enggan mengamininya. Semua investor yang ingin membangun hotel atau industri dalam bentuk apapun, harus sesuai rekomendasi pemkot.
“Apapun bentuk pembangunan, harus sesuai rekomendasi dan tetap sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. Ada batasan dan tentunya juga mengatur tentang lingkungan di kota ini,” tandas Mukhlis.
Terpisah, koordinator Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Simpul Malang Raya, Purnawan D Negara mengatakan, kebijakan pemerintah daerah dalam turut memberi andil dalam perubahan sebuah daerah. “Lokalitas atau kebijakan pemerintah daerah juga bisa menjadi pemicu utama,” kata Pupung, sapaan Purnawan.

Sebagai sebuah kota yang berada di wilayah 700 diatas permukaan laut (dpl), sebut Pupung, hutan dan tumbuhan memberi kontribusi yang signifikan untuk iklim di daerah itu. Perubahan iklim tersebut menunjukkan ada yang salah dengan kebijakan Pemkot Batu.
“Eksploitasi alam atau hutan di Kota Batu sangat berlebihan. Misalnya, diizinkannya pendirian Jambu Luwuk Resort di hutan konservasi di kawasan Pesanggrahan adalah salah satu kesalahan pemkot,” ujar Pupung.
Bagaimanapun juga, sambungnya, perubahan iklim global menjadi penyebab cuaca buruk yang ekstrem di berbagai daerah. Namun, lokalitas atau kebijakan di suatu daerah bisa memperlambat atau justru mempercepat perubahan itu. “Perubahan iklim di Kota Batu itu juga menjadi warning bagi Pemkot Batu,” katanya.

Komentar

Posting Komentar