Djanetra, Bayi Asal Malang dengan 26 Jari

Kondisi kelebihan jari atau dalam dunia medis dikenal sebagai Polydactyly dialami bayi asal kota Malang, Djanetra Agni Pramestri. Bayi yang kini berusia 7 bulan ini lahir dengan 26 jari yaitu 12 jari tangan dan 14 jari kaki.









BEBERAPA orang lahir dengan jari tangan dan kaki yang lebih banyak dari orang kebanyakan. Kondisi ini diderita Djanetra Agni Pramestri, putri dari pasangan Stevani Prima Prestiawati (23) dan Agung Yanuar N (27) warga Perumahan Sawojajar, Jl Danau Paniani, Blok H-4-G No 11, Kelurahan Lesanpuro, Kec Kedungkandang, Kota Malang.
Sang ibu menuturkan, dirinya mengaku saat hamil atau pun melahirkan dalam kondisi normal. Anaknya lahir dengan bobot 3,3 kilogram dan panjang 49 centimeter. “Sebelum lahir, saat USG pun juga tidak menunjukkan kelainan apa pun,” tuturnya.
Kelainan genetika itu baru diketahui saat Djanetra lahir di RS Bersalin Mutiara Bunda, Kota Malang. Jari kaki kiri dan kanan masing-masing terdapat 7 jari. Sementara jari tangan kanan juga masing-masing 6 jari.
“Dokter hanya menyebut kelainan genetik atau cacat bawaan, dan menamakan penyakit itu adalah Polydactyly. Dokter sendiri tidak mengetahui apa penyebab penyakit itu,” kata Stevani.
Ditanya apakah dari pihaknya atau suaminya ada yang memiliki penyakit sejenis, Stevani megaku tidak ada. Saat mengandung Djanetra pun relatif tidak ada sesuatu yang janggal. “Hamilnya normal, ngidamnya juga biasa saja, tidak ada yang aneh. Begitu juga saat melahirkan, juga tidak melalui proses caesar,” tuturnya.
Namun dia berasumsi, salah satu penyebabnaya munkin karena saat hamil dia tidak menebus salah satu resep dokter karena terkendala biaya.
Demi sanga anak, dia telah merogoh kocek Rp 5 juta untuk operasi salah satu jari kaki kiri Djanetra. Operasi tersebut dilakukan saat anaknya menginjak usia 2 bulan. Sementara menurut keterangan dokter, untuk jari yang lainnya menunggu usia Djanetra bertambah.
Untuk jari tangan, bisa dioperasi saat usia Djanetra sudah 9 bulan. Sementara untuk jari kaki harus menunggu usia 1 tahun. “Kata dokter, menunggu otot anak saya lebih kuat lagi. Kalau masih terlalu kecil, berbahaya bila tetap dioperasi,” tandas Stevani yang bekerja sebagai Sales Promotion Girl (SPG) sebuah produk ini.
Ditanya bagaimana dengan biaya untuk operasi, Stevani mengaku masih bingung memikirkannya. Suaminya sendiri kini bekerja di Madiun. “Yang jelas saya ingin anak saya dioperasi mumpung masih kecil. Kasihan kalau menunggu besar, bisa minder dengan teman-temannya,” paparnya.
Secara umum, kondisi kesehatan Djanetra sendiri sama dengan balita lainnya. Bocah yang kini berbobot 9,5 kg tidak pernah terserang penyakit aneh lainnya.
Secara terpisah, salah seorang dokter anak di Kota Malang, dr Tedja Sindarta mengatakan, kondisi kelebihan jari itu dalam dunia medis dikenal sebagai Polydactyly yang digunakan untuk menggambarkan tambahan jari pada tangan atau kaki. “Polydactyly itu penyakit bawaan atau kelainan genetic. Tidak diketahui secara pasti apa penyebabnya,” kata Tedja.
Kasus ini dialami sekitar 1 dari setiap 1.000 kelahiran. “Secara umum tidak membahayakan pada kesehatan seorang anak. Penyembuhannya ya hanya bisa dioperasi itu,” pungkasnya.
Pada populasi orang kulit hitam tambahan pada jari kelingking (post-axial polydactyly) adalah yang paling umum. Sedangkan di Asia yang paling umum terjadi adalah tambahan pada ibu jari (pra-aksial polydactyly). Pengobatan Polydactyly dapat bervariasi, dari yang paling sederhana dengan pembedahan untuk membuang jari tambahan atau yang lebih kompleks dengan melibatkan tulang, ligamen dan tendon.
Menurut catatan, sebenarnya banyak juga tokoh-tokoh terkenal yang memiliki jari ekstra. Seperti Hritik Roshan (aktor Bollywood), Antonio Alfonseca (pelempar bola di major league baseball), Gemma Arterton (aktris), Hound Dog Taylor (gitaris blues), dan Gary Sobers (pemain kriket Indian Barat).
Bahkan jari Djanetra sebenarnya menyamai Lei Yadi Min, bayi asal China dengan 26 yang tercatat sebagai rekor jari terbanyak di Guinness Book Record.

Komentar